TARIANKU

semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, penari, pecinta tari, pengamat tari dan juga guru-guru tari. Serta seniman-seniman baik tari, musik maupun teater. salam budaya.

Monday, January 28, 2013


MENARI TDAK HANYA SEKEDAR HOBBY


            Banyak yang beranggapan bahwa menari adalah sebuah hobby saja, menari bisa dilakukan sebagai pengisi waktu luang yang dapat dilakukan sesekali waktu saja. Ternyata tidak. Ketika seseorang sudah memilih tari sebagai sebuah profesi maka menari harus benar-benar digeluti secara professional. Harus! Harus! Dan harus. Sebaiknya anggapan seperti itu segera dihilangkan. Banyak orang tua yang melarang anak-anaknya ketika mereka hendak melanjutkan study dibidang seni tari. Anggapan mereka bahwa seni tari tidak dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Mau makan apa dengan menari? Mau jadi apa kalau sekolah tari? Demikian anggapan orang tua. Namun demikian, menari tidak dapat lepas juga dari hobby.
            Melalui tulisan ini saya berharap, bahwa tak ada lagi anggapan-anggapan seperti di atas. Karena sesungguhnya tari,seni tari,ataupun menari dapat dijadikan sebagai profesi yang dapat menjanjikan apabila dikerjakan dengan serius dan secara professional. Seni tari dapat dijadikan sebagai lahan pekerjaan yang menjanjikan bahkan dapat membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain. Misalnya dengan membuka sebuah sanggar/ tempat kursus tari dengan sentuhan professional. Dengan pengelolaan yang professional, sebuah sanggar dapat diminati orang banyak, sehingga banyak siswanya, dengan banyak siswa pasti banyak pula pendapatannya, sudah pasti pula banyak pekerjaan didalamnya, maka kita memerlukan orang lain sebagai administrator untuk menangani siswa-siswa tersebut. Maka secara tidak langsung kita sudah membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Belum lagi apabila diadakannya pementasan, kita akan butuh lebih banyak lagi tenaga kerja. Misal untuk menangani kostum, rias, tata panggung, dan lainnya yang berhubungan dengan pementasan. Nah….untuk menjadikan sebuah sanggar/kursusan kita menjadi kursusan yang professional maka sebagai pengelola/pemilik, harus professional juga. Dimulai dari diri sendiri. Siapkan bekal sebanyak mungkin bidang seni tari. Banyak tempat untuk memperkaya diri dibidang seni teri. Sekolah, kuliah, ataupun melalui kursus yang benar-benar professional.
            Sekolah-sekolah yang menangani bidang khusus seni tari ini, sebut saja SMKI (sekarang SMK) setingkat SMA, dan perguruan-perguruan tinggi-perguruan tinggi seni yang tersebar di Indonesia. Melalui jalur formal inilah kita bisa memperkaya diri kita tentang menari dan pengetahuan seputar tari. Dengan demikian keprofesionalan kita dibidang seni tari tak lagi diragukan. Maka saat dihadapkan pada “wiraswasta” dibidang seni kita sudah memiliki bekal ilmu yang kuat sebagai modal.  Melalui sekolah-sekolah formal inilah kita benar-benar digembleng secara matang, baik dari segi pengetahuan maupun praktek. Dari bentuk-bentuk dasar menari, olah tubuh, maupun penciptaan sebuah karya tari. Secara pribadi, saya merasakan bentuk badan (dedeg dan adeg) saya jauh lebih baik setelah saya menimba ilmu di sekolah seni. Saya bandingkan dengan penari yang hanya sekedar bisa menari (tidak melalui jalur pendidikan formal) meskipun jam terbangnya jauh lebih lama namun nampaklah sangat berbeda.
            Memang tak banyak orang yang menyukai bidang ini. Apalagi bagi mereka yang tidak memiliki bakat, seni tari mungkin hanya dianggap sebagai seni yang kuno, ketinggalan jaman, atau ndeso. Namun sungguh mereka yang beranggapan demikian tidak tahu bahwa seni tari adalah seni yang sangat adiluhung. Sangat dibutuhkan generasi penerus untuk melestarikannya. Jadi, jangan lagi beranggapan bahwa menari dapat dijadikan sebagai sambilan saja, bisa dilakukan sebagai hobby saja. Karena menari dapat membawa kita menjadi orang sukses sebagai pengusaha hiburan. Heheheh ….