TARIANKU

semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, penari, pecinta tari, pengamat tari dan juga guru-guru tari. Serta seniman-seniman baik tari, musik maupun teater. salam budaya.

Tuesday, March 26, 2013

MASIH TENTANG SENI YANG DIPERLOMBAKAN


Lagi-lagi tentang seni tari yang diperlombakan.


Siang ini saya mengunjungi tempat dimana diadakan pelatihan tari. Pelatihan tari dilaksanakan hamper setiap tahunnya dengan tujuan penularan tarian sebagai materi perlombaan dibidang seni tari. Senang rasanya bertemu teman-teman se-profesi yang sudah sekian lama tidak bertemu. Sedikit berkangen-kangenan dengan mereka sambil berlatih tari bersama.
Saat tiba waktu istirahat saya sempat berbincang-bincang dengan seseorang yang mengalami sebuah kekecewaan. Seseorang yang menceritakan ketidakpuas dengan sebuah hasil lomba tari. Beliau membeberkan kekecewaannya atas hasil keputusan dewan juri pada lombanya yang lalu. Seperti yang saya uraikan pada tulisan saya yang lalu “ketika seni diperlombakan” bahwa lomba seni lebih banyak member ketidakpuasan, lebih banyak membuat kekecewaan. Bukan berarti tidak mau menerima kekalahan,bukan berarti menolak kekalahan, tetapi tidak terima karena kekalahannya tidak sesuai dengan petunjuk yang ada. Merasa dicurangi, karena beliau menganggap pemenang yang lebih baik dari grupnya tidak sesuai dengan petunjuk pelaksanaan lomba.
Setiap ada perlombaan pastilah ada petunjuk pelaksanaanya atau biasa disebut dengan juklak. Dalam sebuah juklak berisi tentang apa dan bagaimana materi yang akan dilombakan. Misalnya tentang materi tari yang dilombakan, jumlah penari, iringan tarian, serta kostum. Kemudian pelaksanaan lomba juga diatur dalam sebuah juknis (petunjuk teknis) lomba tersebut.
Tentu saja petunjuk tersebut harus dipahami dengan baik oleh semua unsure baik itu peserta lomba, juri lomba maupun panitia lomba.
Seorang juri harus memahami beul apa yang akan dinilai. Seorang juri harus memahami betul materi yang akan mereka amati untuk mereka nilai. Memahami betul setiap materi yang disajikan peserta, apakah sajian peserta sesuai petunjuk atau tidak. Jangan sampai seorang juri tidak memahami petunjuk-petunjuk yang sudah ditentukan panitia. Jangan pula keputusan dewan juri menjadi tidak adil karena ketidakpahaman juri. Sehingga tidak ada peserta yang dirugikan atas keputusan yang tidak dapat diganggu gugat.
Satu contoh. Apabila dalam sebuah petunjuk dituliskan bahwa jenis tariannya adalah sebuah garapan baru, maka juri harus benar-benar jeli melihat apakah tarian yang disajikan peserta benar-benar merupakan tarian garapan baru atau bukan. Apabila ada peserta yang menampilkan tariannya tidak sesuai petunjuk, maka juri berhak mendiskualifikasi dengan tegas peserta tersebut. Dari sinilah pemahaman tentang tarian harus dikuasai betul oleh sang juri.
Demikian halnya bagi peserta. Meskipun peserta lomba adalah siswa, namun guru yang bersangkutan harus memahami betul materi yang dilombakan. Guru sangat diwajibkan mempelajari, memahami dengan seksama petunjuk pelaksanaan lomba, baik itu bentuk tarian, jenis tarian, konsep tarian,sampai pada kostum tarian yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan petunjuk yang sudah ditetapkan panitia. Jangan sampai penyajiannya bagus tetapi tidak sesuai dengan petunjuk. Hal ini akan berpengaruh pada anak-anak sebagai pelaku dalam pelaksanaan lomba. Bagi orang awam (seperti orang tua siswa, penonton, dan siswa itu sendiri, penampilan bagus sudah tentu dapat juara. Apabila penampilan bagus namun sajian tidak sesuai petunjuk maka sudah pasti akan didiskualifikasi oleh dewan juri. Hal inilah yang akan membuat anak-anak kecewa karena merasa penampilan mereka bagus namun tidak menjadi juara hanya karena kurangnya pemahaman dari sang guru.
Selanjutnya bagi panitia, harus pula memahami petunjuk tersebut dan diadakannya kesepakatan antara panitia dan dewan juri sebelum pelaksanaan lomba. Untuk menghindari rasa subyektivitas bagi peserta  lomba, sebaiknya panitia menentukan dewan juri dari kalangan yang benar-benar memahami sesuai bidangnya, dan sebaiknya dihindari dewan juri dari kalangan sendiri, ada baiknya dipilihkan dewan juri dari luar daerah atau dari guru diluar jenjang lombanya. Missal kalau perlombaan tari tingkat SD dipilihkan dewan juri dari guru-guru tingkat SMP atau SMA. Begitu pula sebaliknya. Dengan demikian tidak ada orang yang merasa dirugikan. Kekecewaan dapat diminimalisir.
Namun demikian seni tetaplah seni… ada baiknya seni bukan sebagai ajang perlombaan namun seni sebagai ajang apresiasi saja. Berharap demikian adanya.
Semoga bermanfaat.

Tuesday, March 19, 2013

ASYIKNYA MENGGAMBAR DI TERAS KELAS


Sebuah alternative pembelajaran outdoor
 
Bosan dengan suasana kelas… Mungkin ini yang saya tangkap dari wajah-wajah mereka, anak didikku siang ini. Suasana yang panas… Kelas yang agak gelap… gerah…dan entah apa lagi. Saya menangkap ketidak nyamanan pada diri anak-anak siang ini. Sehingga saya berinisiatif untuk belajar di luar kelas. Kebetulan materi yang sedang dipelajari adalah tentang seni terapan. Maka saya menyuruh anak untuk menyiapkan sebuah pot bunga yang ada di teras kelas untuk dijadikan objek gambar mereka. Kali ini saya memanfaatkan waktu belajar menggambar mereka di luar kelas. Saya mencoba memanfaatkan teras kelas menjadi tempat belajar menggambar. Saya  bebaskan mereka menempati tempat-tempat disekitar objek yang sudah ditentukan.

Mereka segera menempatka diri mencari tempat yang nyaman bagi mereka untuk menggambar. Kali ini mereka menggambar benda yang termasuk kedalam kelompok benda seni terapan/seni kriya, dengan pendekatan obyek. Hasilnya  anak-anak terlihat senang, karena mungkin mereka merasa jenuh berada di kelas. Dengan ditemani hembusan angin sepoi-sepoi dan suasana yang tiba-tiba mulai mendung sehingga suasananya sangat cocok melakukan kegiatan di luar ruangan. Dan karena suasana yang tidak seperti biasa inilah anak-anak sangat menikmati kegiatan mereka. Meski belum bisa mendekati objek aslinya (belum sesuai kenyataan) namun usaha ini cukup member suasana “refresing” bagi mereka. Alhasil… tugas yang mereka kerjakan tepat pada waktunya. Bertepatan dengan bel bunyi tanda usai sekolah, gambar mereka juga selesai.

Kegiatan seperti ini memang harus dilakukan sebagai penyegaran suasana agar anak tidak merasa jenuh, apalagi bagi anak-anak yang “kurang” mampu dalam menangkap pelajaran teori. Sungguh ini merupakan cara jitu untuk mengajak anak menjadi lebih berkreasi.

Wednesday, March 13, 2013

MENGENALKAN TARIAN SEJAK DINI



Mengajarkan anak-anak menari bukan suatu hal yang sulit. Mencintai dan menyenangi tari, itu yang perlu kita tanamkan terlebih dahulu pada mereka. Sejak dini, anak-anak mulai dikenalkan pada tari. Peran sekolah sangat mendukung dalam pengenalan tari kepada anak-anak. Adanya kegiatan ekstra kurikuler seni tari di sekolah membuat anak-anak bisa mengenal tari. Melalui kegiatan ini kita dapat melihat bakat-bakat yang dimiliki anak. Bagi anak-anak yang memiliki bakat menari akan lebih cepat menguasai tarian yang dipelajari daripada anak-anak yang hanya ikut-ikutan saja.


Mengenalkan tarian kepada anak sejak dini memang perlu dilakukan, agar mereka lebih mencintai kebudayaan sendiri dibanding kebudayaan asing yang belakangan ini makin popular dan lebih diminati anak-anak kita. Menari (tradisional) bagi anak-anak adalah sesuatu yang kurang diminati, nampak pada kehadiran mereka saat kegiatan ekstra kurikuler. Perbandingan yang sangat menyolok, dari jumlah 200 siswa, yang hadir mengikuti ekstra kurikuler tari hanya 20 siswa. Di sekolah lain, dari jumlah siswa sebanyak 1000 siswa yang mengikuti ekstra seni tari hanya 18 siswa. Namun demikian, salut bagi sekolah-sekolah yang tetap mengadakan kegiatan menari.
Kurangnya kecintaan anak-anak terhadap seni tari (tradisional) membuat proses belajar menari kurang efektif, karena mereka datang hanya untuk memenuhi kewajiban saja, bukan karena kesadaran mereka untuk belajar menari, sehingga bisa mempengaruhi anak-anak yang memang benar-benar akan belajar menari. Ini PR bagi para guru tari. Bagaimana membuat anak-anak mencintai tari dan menyenangi tari? Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecintaan anak-anak pada seni tari antara lain : sikap guru tari, faktor lingkungan/rumah dan sekolah.

Sikap guru tari/ pelatih tari juga mempengaruhi kecintaan anak-anak pada tari. Masing-masing guru tari/pelatih tari memiliki cara tersendiri, yang berbeda satu sama lain dalam mengajarkan tari pada anak didiknya. Satu hal yang sangat penting adalah berhentilah mengajar saat kemarahan/emosi dalam diri kita mulai muncul, demikian pesan dari teman guru tari yang sangat professional. Seorang guru tari harus dapat melakukan pendekatan-pendekatan terhadap anak didiknya agar mereka mengikuti pembelajaran menari dengan senang hati. Hendaklah seorang guru tari harus mengenal karakter anak-anak. Guru tari juga harus professional dibidangnya.

Selain sikap guru tari, faktor lingkungan juga mempengaruhi kecintaan anak-anak terhadap seni tari. Jika sejak TK anak-anak sudah mengenal tari, niscaya ketika anak tersebut duduk di bangku SD sudah terbiasa dengan menari, bahkan ketika masuk duduk di bangku SMP anak tersebut pasti akan mengikuti kegiatan menari. Keberadaan sanggar-sanggar tari juga berpengaruh besar terhadap pembentukan rasa cinta  anak-anak terhadap seni tari. Rasa cinta dan sengan terhadap seni tari ini dapat terwujud apabila ada kerja sama yang baik dari beberapa pihak. Antara lain : sekolah, lingkungan/keluarga dan guru tari. Sekolah, dalam hal ini sebagai penyelenggara kegiatan, menyediakan wadah untuk proses pembelajaran menari. Program ini akan berjalan apabila didukung oleh lingkungan/ keluarga sebagai penggerak untuk mendorong anak-anak mengikuti kegiatan menari. Sedang guru tari sebagai central dari kegiatan ini. Harus menjadi motivator bagi anak-anak. Harus menjadi contoh bagi anak-anak dan harus menjadi cermin bagi anak-anak. Dengan demikian diharapkan melalui pengenalan tari (tradisional) sejak dini dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri, khususnya seni tari tradisional.
Program pemerintah melalui kegiatan lomba pekan seni pelajar sangat mempengaruhi anak-anak dalam berlatih menari, karena agar menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut harus menari dengan baik, dan untuk dapat menari dengan baik maka harus berlatih dengan serius, sehingga secara tidak langsung telah tumbuh dihati mereka rasa cinta dan senang terhadap seni tari.

Wednesday, March 6, 2013

KETIKA SENI DIPERLOMBAKAN



 Seni… segala sesuatu yang mengandung unsure keindahan. Seni lahir dan berkembang bersamaan dengan lahirnya manusia. Seni…ada dan pasti dimiliki oleh semua manusia. Jadi seni dapat dikatakan sebagai isi dari diri manusia itu sendiri. Sungguh sangat mengherankan, bahkan ini menjadi suatu pertanyaan yang dari dulu, beberapa tahun yang lalu saat saya mulai terjun dibidang seni, bahwa ada perlombaan seni. Mengapa harus  ada lomba seni? Mengapa seni harus diperlombakan?
Seni itu subyektif. Seni itu asupan batin. Seni itu sulit ukurannya. Seni itu bagian dari diri pribadi masing-masing orang, dan masing-masing orang itu memiliki standar penilaian yang berbeda pada bagus atau tidaknya sebuah karya seni atau sebuah penampilan. Namun itulah fenomena yang terjadi di negeri ini bahwa ada beberapa perlombaan seni hampir ditiap tahunnya. Bahkan sudah menjadi agenda tahunan baik tingkat Kota/Kabupaten, tingkat Propinsi bahkan sampai tingkat Nasional.
Seni diharapkan sebagai pemersatu bangsa. Seni diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antar manusia. Namun kenyataan yang terjadi, bahwa seni bukan lagi menyatukan namun membuat perpecahan, ketidakcocokkan, ketidak puasan dari orang-orang yang merasa menampilkan sesuatu yang baik namun tidak memperoleh juara.
Hampir setiap tahun, ada saja orang yang curhat kepada saya karena kalah dalam perlombaan seni. Bahkan lebih parah lagi, selesai menjadi juri, seorang juri sebuah perlombaan seni harus mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan karena mendapat terror sms dari orang yang merasa terkalahkan. Bahkan pengalaman pribadi, saya harus meladeni seseorang yang tidak puas dengan keputusan para juri disebuah ajang lomba seni tari dengan menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan dia tentang kekalahannya. Sangat manusiawi memang apa yang dilakukan orang tersebut. Apalagi bila jumlah peserta sangat banyak, juri tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan ingatan dalam mengingat-ingat seperti apa sih penampilan nomer 1? Nomor 2? Dan nomor 30? Meski masing-masing juri memiliki catatan namun catatan itupun tidak bisa membantu dalam mengingat seperti apa sih penampilan yang sudah berlalu. Apalagi  bidang seni tari dan seni musik. Kalau seni lukis masih bisa diingat-ingat, karena karya seni lukis ada wujud nyatanya. Sedang seni tari dan seni musik/permainan alat musik tidak ada wujud nyatanya. Meski setiap cabang seni memiliki patokan/parameter dalam setiap penilaian, namun tetap saja akan menimbulkan ketidakpuasan seseorang dalam menerima sebuah kekalahan di bidang seni.


Jadi…masih perlukah diadakannya LOMBA SENI????? Apa tidak sebaiknya seni ini dijadikan ajang festival bukan perlombaan? Sepertinya perlu ada pemikiran panjang dan matang untuk menentukan hal ini. Siapa yang dilibatkan??? Seniman??? Pemerintah??? Psikolog??? Guru Seni??? Pejabat??? Atau siapa??? Agar pendidikan seni di Negara ini tidak menjadi ajang pertengkaran.


Sunday, March 3, 2013

PAGELARAN DAN PAMERAN SENI BUDAYA


Liputan kegiatan
Pagelaran dan Pameran MGMP Seni Budaya SMP se- Kabupaten Tegal
Slawi, 31 Januari-3 Pebruari 2013

Pagelaran dan Pameran MGMP Seni Budaya SMP se-Kabupaten Tegal dalam rangka menyongsong Kurikulum 2013 dan Pendidikan Karakter. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis sampai Minggu, tanggal 31 Januari sampai 3 Pebruari 2013 yang lalu. Bertempat di Gedung Rakyat, Dewan Kesenian Kabupaten Tegal, Slawi, menampilkan beberapa kegiatan seperti pagelaran seni, pameran dan lomba-lomba. Pagelaran Seni diisi dengan pementasan-pementasan dari guru-guru Seni Budaya. Diantaranya, penampilan musik keroncong dari kelompok musik keroncong Edu Gita, Karya tari garapan baru, penampilan tari tradisional, Gamelan siswa-siswa, dan piano performance dari Guru Seni Budaya. Sedang pameran seni berisi karya seni rupa dari guru-guru Seni Budaya. Pameran seni rupa berlangsung selama 4 hari. Selain pagelaran dan pameran, kegiatan ini dimeriahkan pula dengan apresiasi musik untuk siswa dan lomba solo song serta lomba mewarnai.
Pembukaan acara ini dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Januari 2013, dibuka oleh Bupati Tegal, Bp. Heri Soelistyawan, SH, M.Hum yang ditandai dengan sebuah goresan di atas kanvas. Acara pembukaan diisi dengan pagelaran seni. Diawali dengan penampilan gamelan siswa-siswi dan keroncong Edu Gita sebagai sambutan kepada para tamu. Acara inti diawali dengan penampilan Tari khas Tegal yakni Topeng Endel yang dibawakan oleh 2 panari yang tidak lain adalah guru Seni Budaya, mereka adalah Dewi Pristianti Sahara, S. Pd dan Yermi Arnani, S. Sn, Selanjutnya adalah laporan dari Ketua panitia yang merupakan ketua MGMP Seni Budaya SMP Kabupaten Tegal, Mujiarti, S. Pd. Dilanjutkan dengan sambutan Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Tegal, Drs. H. Edi Pramono. Sambutan terakhir adalah sambutan dari Bupati Tegal sekaligus membuka kegiatan Pagelaran dan pameran seni budaya yang ditandai dengan goresan kuas diatas kanvas.
Pagelaran seni dimulai, dengan susunan acara sebagai berikut :
1.      PEMBUKAAN
2.      LAPORAN KETUA PANITIA (IBU MUJIARTI, S. Pd)
3.      SAMBUTAN KEPALA DINAS
4.      SAMBUTAN BUPATI TEGAL (sekaligus membuka PAMERAN DAN PAGELARAN SENI)
5.      DOA
6.      PAGELARAN SENI OLEH GURU-GURU SENI BUDAYA KAB. TEGAL
Pagelaran diawali penampilan keroncong Edu Gita, membawakan 2 buah lagu. Keroncong Edu Gita merupakan grup keroncong guru-guru seni musik dengan formasi pemain sebagai berikut : Mujiarti, S. Pd (vocal), Topan Yuniarto, S.Pd (Okulele Cuk), Endri Muris, S. Pd (Bass), Junaedi (Gitar), Jaya Rudi (Gitar), Nasukha (Biola), Koska, S. Pd (Keyboard), Agus Pamungkas, S. Pd (Okulele Cak)

Selanjutnya penampilan Piano Performance oleh Yuni Suparti, S. Pd dengan memainkan lagu Love Story, Lion King dan Yellow Bird.






Penampil selanjutnya adalah Diah Wardani Sitoresmi, S.Pd dan Endang Sadiningsih, S. Pd dengan membawakan tari Srikandi-Mustakaweni. 
Ada pula pembacaan puisi Tegalan oleh Yuwidah, S.Pd. Dilanjutkan lagi dengan penampilan Grup keroncong Edu Gita.
 


 


 Tarian berikutnya adalah sebuah tarian garapan baru yang merupakan koreografi dari Tien Kusumawati, S.Pd, Dancing Relief, dengan susunan penari : Tien Kusumawati, S. Pd, Yuni Suparti, S. Pd, Sri Supeni, S. Pd, Lies Prasetyaningsih, S. Pd, Rini Aprilia Susanti, S. Pd, Martha Purnasari Dewi.

Penampilan selanjutnya adalah Piano performance oleh Fajar Sukma membawakanFur Elise dari Ludwig Van Beethoven. 

Dilanjutkan lagi dengan penampilan dari Edu Gita. Pagelaran diakhiri dengan penampilan Sendratari garapan guru-guru seni tari dengan lakon Jaka Tarub. Pemain yang terlibat dalam sendratari ini adalah : Nurwahyu, S.Pd, T. Munafiatun, S. Sn, Wahyu, S. Sn, Yermi Arnani, S. Sn, Diah Wardani Sitoresmi, S. Sn, Endang Sadiningsih, S. Pd, Tri Asih, S. Pd, dan lain-lain. Pagelaran ditutup dengan menyanyikan lagu Kemesraan oleh semua yang terlibat dalam pagelaran.

Hari Jumat, 1 Pebruari 2013, diisi dengan kegiatan apresiasi seni musik oleh PT Kawai Indonesia, yang merupakan salah satu sponsor dalam kegiatan ini. Apresiasi musik berupa pengenalan alat musik piano (grand piano Kawai) dari sejarah piano, bagian-bagian piano, sampai cara bermain piano. Kegiatan apresiasi ini diikuti oleh siswa-siswi SMP yang ingin mengenal lebih dekat tentang piano. Bahkan mereka secara langsung berinteraksi secara langsung dengan piano, melihat bahkan memainkannya dengan bimbingan pemusik sekaligus advisor dari PT Kawai Indonesia.



Hari Sabtu, 2 Pebruari 2013
Kegiatan pentas seni siswa, menampilkan seni-seni yang merupakan garapan dari guru-guru Seni Budaya. Masing-masing sekolah menampilkan 1 sajian, berupa tarian (tari tradisional, kreasi baru maupun tari garapan baru), nyanyian, piano performance, musik, dan seni pencak silat.
Secara lengkap susunan acara pentas seni pada hari Sabtu adalah sebagai berikut :
1.      TARI TOPENG ENDEL                                               (SMP N. 2 SURADADI)
2.      REBANA                                                                      (SMP N. 2 DUKUHTURI)
3.      PENCAK SILAT                                                           (SMP N. 2 DUKUHTURI)
4.      NYANYI TEGALAN                                                    (SMP N. 2 BALAPULANG)
5.      TARI BALADEWAN                                                    (SMP N. 1 ADIWERNA)
6.      LAGU “SIMPHONI YANG INDAH”                           (SMP N. 3 SLAWI)
7.      TARI BONDHAN TANI                                               (SMP N. 1 LEBAKSIU)
8.      PIANO PERFORMANCE “FUR ELISE “                    (SMP N. 1 SLAWI)
9.      TARI THE RAINBOW OF STORY                              (SMP N. 2 TARUB)
10.  NYANYI TUNGGAL                                                    (SMP N. 1 DUKUHWARU)
11.  TARI KUNTULAN                                                       (SMP N. 5 ADIWERNA)
12.  NYANYI TUNGGAL “ABG TUA”                               (SMP N. 1 PANGKAH)
13.  TARI TERANG BULAN                                               (SMP N. 1 TALANG)
14.  SOLO VOCAL “DIRANTAI DIGELANGI RINDU”   (SMP N. 3 ADIWERNA)
 

Kegiatan MGMP ini ditutup pada hari Sabtu, 3 Pebruari 2013 dengan lomba-lomba. Yakni lomba mewarnai untuk siswa Taman Kanak-Kanak, dan lomba solo song untuk siswa-siswi Sekolah Dasar se-Kabupaten Tegal. Jumlah peserta lomba mewarnai sebanyak 150 peserta dan lomba solo vocal diikuti oleh 36 peserta dari 18 kecamatan. Tiap Kecamatan mengirimkan 1 peserta putra dan 1 peserta putri. Masing-masing pemenang mendapatkan tropy kejuaraan.

Demikian liputan singkat dari Pagelaran dan Pameran Seni MGMP Seni Budaya Kabupaten Tegal dalam rangka menyongsong Kurikulum 2013 dan Pendidikan Karakter. Sukses MGMP Seni Budaya SMP se-Kabupaten Tegal.