YANG TERUSIR
Tari YANG TERUSIR adalah sebuah perwujudan ide yang
berlatar belakang ritus esensial masyarakat petani pantura. Hal hal yang
menjadi ciri dan gaya hidup masyarakat pesisiran menjadi tema pokok bagi
perwujudan ide kreatif. Dominasi, ordinansi dan sub ordinansi realita sosio
cultural itu, sejauh pengamatan saya, masih nampak nyata pada MASYARAKAT
PETANI. Meski keberadaannya sudah terkikis oleh pesatnya pembangunan fisik,
namun nilai-nilai primordial dan filosofis masyarakat petani masih tetap nyata
hingga saat ini. Kebersamaan,senasib
sepenanggungan, guyub rukun, dan keceriaan merupakan karakter yang paling menonjol
pada masyarakat petani Pantura Jawa Tengah. Bagi masyarakat ini, hasil panenan
padi adalah sebuah Anugrah Tuhan. Hasil panen padi bukan sekedar hasil
pekerjaan melainkan memiliki serentetan ritus, termasuk pengusiran burung-burung
pemangsa bulir padi sebagai hama, yang dalam esensinya adalah sebuah perjuangan
disertai rasa syukur yang melimpah yang dianugrahkan Tuhan. Maka dapat
dikatakan bahwa RASA SYUKUR inilah yang menjadi dominasi sekaligus pencitraan
yang ordinan dari sebuah sub ordinansi karakter, dalam hal ini usaha pengusiran
burung-burung yang dianggap hama, yang nampak nyata pada masyarakat petani Pantura
Jawa Tengah.
Pusat
perhatian garapan Tari YANG TERUSIR pun berpijak, bertolak dan berpusat pada ide
pengusiran burung sebagai hama. Secara konseptual, Tari YANG TERUSIR adalah
cerminan sosio cultural masyarakat petani Pantura pada kegiatan pengusiran
burung-burung di sawah, sejauh mampu tertuang dalam ide ekspresi gerak, berbingkai
estetis seni Tari yang secara teknis relative bersahaja untuk diajarkan dan
dipelajari. Teknik utama yang dipergunakan tetap mengambil teknik Tari Ballet
Modern. Sebagai akar bagi pengembangan modus gerak lainnya. Pengembangan gerak
mengarah pada interpretasi seni Tari di jaman sekarang yang memiliki ranahnya
tersendiri dalam menafsir arti dan makna kebebasan gerak.
Musik
menjadi elemen penting bagi Tari YANG TERUSIR. Musik yang dipergunakan
didominasi oleh perkusi. Rangkaian alat
musik yang relative luas keberadaannya. Pola iramanya berawal dari sangat
sederhana dan primitive, sebagai manifestasi kesederhanaan masyarakat petani Pantura
dalam relung cita cita kehidupannya. Kemudian musik secara gradual
mengeksplorasi pola irama musik jaman sekarang. Sebagai sebuah pemaknaan bahwa
apapun dan bagaimanapun keberadaan sosio cultural masyarakat petani di Pantura,
kesekitarannya adalah sebuah jaman modern, yang tentu saja mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh berbagai konsekuensi sosio cultural yang sangat berbeda.
Busana dan property
Busana
penari sejauh mungkin diupayakan mengadaptasi busana asli petani Pantura,
sejauh yang berhasil saya telusuri jejak keberadaannya. Corak batik Tegalan
untuk kain sarung, corak dan ragam baju kebaya serta aksesoris yang sesederhana
mungkin. Yang kiranya tidak berlebihan jika dimaknai sebagai keseharian
masyarakat petani Pantura. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan
busana dengan pengambaran pakaian yang sering digunakan petani untuk
memasangkannya pada boneka “orang-orangan sawah”. Seperti dalam karya tari
inipun busana yang dipakai sangatlah sederhana. Termasuk ekspresi kegembiraan
dan rasa syukur yang dituangkan dengan eksplorasi “keprak” sebuah alat
tradisional, pengusir hama burung sebagai property.